Kamis, 23 September 2010

“HOMESCHOOLING ALA MR. KOBAYASHI”


presensi ; mimahk iniarun

Pada dasawarsa terakhir ini, istilah “homeschooling” menjadi “trend Issue” negeri ini. Istilah ini merujuk pada aktifitas pembelajaran di rumah atau tempat lain. Dimana proses belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Tujuannya, agar potensi anak yang unik dapat dikembangkan secara maksimal.

Di luar negeri, Jepang misalnya, istilah ini ternyata bukan hal yang baru lagi. Sekitar tahun 1937, Sosaku Kobayashi menjadi penggagas berdirinya sekolah Tomoe. Dan kelak metode sekolah tersebut, menjadi inspirasi model alternative pembelajaran yang sedang marak di negeri ini.

Membaca Buku Totto-Can, karangan Tetsuko Kuroynagi, kita benar-benar disuguhi metode pendidikan ala Mr. Kobayashi. Melalui tokoh gadis cilik bernama Totto-chan, ia ingin meyakinkan bahwa setiap anak dilahirkan dengan watak baik. Yang kemudian dengan mudah bias dirusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh buruk orang dewasa.

Ketika Totto-chan dianggap nakal oleh ibu guru di sekolah sebelumnya, ternyata ia hanya punya rasa ingin tahu yang besar dan tidak didapatkan disekolah tersebut. Di sekolah Tomoe, Totto-chan merasa senang. Apalagi ia belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas. Ia belajar sambil menikmati pemandangan di luar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan.

Inilah uniknya sekolah Tomoe, para murid diperbolehkan mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yang memulai hari dengan belajar fisika, ada yang mendahulukan menggambar, ada yang ingin belajar bahasa dulu. Pokoknya sesuka mereka.

“serahkan mereka kepada alam, jangan patahkan ambisi mereka”. Begitu kira-kira yang juga ingin disampaikan dalam buku yang tebal halamannya 271 ini. Karena Mr. Kobayashi menghargai segala sesuatu yang alamiah dan ingin agar karakter anak-anak berkembang sealamiah mungkin.

Nah, bagi anda yang ingin mengembangkan metode alternative pembelajaran ala homeshooling, bisa jadi buku ini menjadi salah referensi yang menarik. Terdiri dari 63 cerita mengesankan dan unik. Selain itu, bahasa yang digunakan penulis pun mudah dipahami serta boleh dibilang runtut. Bisa jadi karena sang penulis, Tetsuko, menjadi objek langsung cerita tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar